Selamat Datang Di Media Online RELOAD (Membedah yang belum terjamah dan mengukir yang mungkin belum terpikir)
Kamis

Bagikan

Di era globalisasi ini tayangan televisi Indonesia semakin menyajikan permasalahan yang jauh dari manfaat, pesan moral, dan nilai-nilai pendidikan. Disini menyoroti tentang tayangan sinetron – lepas dari judul sinetron itu sendiri – tentunya menonton sinetron ini banyak membuang waktu belaka. Kita bisa melihat cerita-cerita yang disampaikan kurang bermutu, menggambarkan kehidupan orang-orang kaya. Sedikit pelajaran yang bisa diambil bahkan lebih cenderung pada permasalahan kesenjangan sosial.

Sinetron sekarang tidak lebih dari pelemah mental. Dikisahkan seorang anak SD mempunyai sikap dan berpikiran seperti remaja yang sudah sibuk dengan urusan pacaran, saling mengejek, mengganggap dirinya mempunyai gank yang tidak jelas dan saling menjatuhkan dengan rasa kebencian.
Banyak terjadi ketimpangan ditayangan sinetron, sebagai alih-alih untuk sebuah solusi yang menganggap itu hal yang wajar. Kesakralan akan kehidupan sosial seolah-olah diremehkan, sebagai contoh sesuatu yang sakral direndahkan dengan meralisasikan bahwa pernikahan tidak lain hanya sebuah trik untuk balas dendam atau merampas harta. Ada lagi, ini lebih parah, pranikah yang disebabkan kecelakaan dengan beranggapan solusi yang tepat adalah pernikahan. Ini akan menanamkan pelaku (penikmat sinetron) untuk berani melakukan hal semacam itu. Bukan hanya tayangan sebagai hiburan semata, tetapi sudah menjadi bayangan dalam kehidupan nyata.
Tayangan sinetron yang lagi laris ditonton saat ini adalah sinetron yang menceritakan tentang dunia percintaan dan lagi-lagi tidak jauh dari masalah harta keluarga yang menjadi rebutan oleh ahli keluarga. Ada juga gadis miskin yang dicintai pemuda kaya. Cerita yang basi untuk jaman sekarang. Namun hal itu yang sekarang disenangi sebagian pecinta sinetron, terlebih para kaum hawa.
Melihat kenyataan ini, sepertinya kacamata dunia hiburan (sinetron) lebih mengedepankan pada hal komersialisasi dan penajaman konsumen (penonton) untuk dibuat senyaman mungkin menonton tayangan tersebut, tanpa ada nilai edukasi di dalam tayangannya. Konsumen tidak menyadari waktunya terbuang sia-sia hanya sekedar untuk melihat adegan-adegan kekerasan keluarga, percintaan anak ingusan dan kenakalan-kenakalan jaman sekarang.
Kita bisa menghitung berapa banyak waktu yang telah terbuang di depan televisi. Satu menit sampai satu jam, kalikan satu minggu, satu bulan dan sampai pertahun. Belum lagi ditambah saat-saat liburan datang, bisa semakin tidak beranjak dari depan televisi. Sepertinya lagi menjalani training operator televisi yang selalu mengontrol tayangan tiap detiknya.


Penulis adalah Mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Informasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Anggota DPO Ikatan Silaturrhahim alumni Buntet Pesantren Cirebon D.I. Yogyakarta

Kode Iklan

Responses to "Sinetron sebagai Tayangan atau Bayangan"

Write a comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Text Backlink Exchanges backlink Free BackLinksMIM - Free BacklinksYour-Link http://Link-exchange.comxa.com AutoBacklinkGratisFree Promotion LinkMAJLIS LINK: Do Follow BacklinkLink Portal Teks TVFree Smart Automatic Backlink MIM - Free BacklinksYour-Link